BIMA, Warta NTB – Sejumlah mahasiswa Bima-Makassar yang tidak mendapatkan tiket tujuan Makkasar melakukan aksi protes di depan Kantor Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Bima. Aksi itu dilakukan bertepan dengan masuknya kapal penumpang tujuan Makassar sekitar pukul 04.00 Wita Sabtu (15/6/2019) subuh.
Sejumlah mahasiswa mempertanyakan mengenai tidak tersedianya tiket yang begitu cepat habis terjual, padahal mereka sudah menunggu cukup lama dan jauh-jauh hari sudah memesan tiket melalui loket yang tersedia. Mereka menduga ada permainan dan mafia percaloan dalam penjualan tiket di Pelni Cabang Bima.
Rangga selaku korlap aksi mengatakan, awalnya mereka meminta kebijakan pihak Pelni, tetapi tidak ditanggapi dengan baik sehingga mereka terpaksa melakukan aksi protes dan orasi di depan kantor Pelni Cabang Bima.
“Kami menduga di sini ada praktek percaloan, ada beberapa oknum yang telah membooking tiket kemudian dijual kembali dengan harga tinggi yang tidak sesuai ketentuan,” katanya.
Hal itu, kata Rangga, didasari dengan cepat terjualnya tiket yang ada di Pelni Cabang Bima. Di sini ada dugaan percaloan yang telah membooking habis tiket sehingga tiket untuk penumpang umum tidak tersedia lagi.
“Awalnya kami datang dengan baik-baik meminta kebijakan pihak pelni tetapi tidak ditanggapi dengan baik sehingga kami terpaksa harus berteriak menuntut hak kami yang dirampas oleh calo,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan, niat baik mereka tidak ditanggapi dengan baik oleh pihak pelini. Menurutnya Pelni sebagai perusahaan di bawah naungan BUMN harus mampu menerapkan kebijakan dan kerja yang profesional tidak hanya mementingkan kepentingan kelompok dan golongan tetapi sebagai representasi dari negara harus mampu memberikan hak yang sama kepada setiap warga negara untuk menikmati fasilitas publik.
“Kami adalah anak bangsa sebagai pelanjut estafet dari keberlangsungan negara juga memiliki hak yang sama untuk menikmati fasilitas publik dan kami ke Makassar bukan untuk jalan-jalan dan menghabiskan uang negara, tapi kami pergi menuntut ilmu sebagai generasi penerus bangsa,” ketusnya.
Di tempat yang sama, M. Taher salah satu peserta aksi mengatakan, diduga kuat di sini ada praktik dan mafia percaloan, dimana kami ketahui tiket untuk tanggal 12,15 dan 17 Juni 2019 telah habis terjual.
“Jadi siapa yang telah membooking semua tiket itu? Jangan sampai ada calo yang menunggangi semua itu sehingga mencoreng nama Bima baik di skala lokal maupun nasional,” katanya.
Untuk itu, massa aksi meminta agar sistem penjualan tiket di Pelni Bima dapat dirubah agar memberikan kesetaraan dan pemerataan pembelian tiket bagi masyarakat umum dan pihak yang berkepentingan pengguna jasa pelayaran.
“Kami meminta sistem penjualan tiket yang ada dirubah dan dibersihkan dari sistem percaloan demi kepentingan umum. Dengan persoalan seperti ini bahkan study kami terbengkalai karena tidak mendapatkan tiket. Untuk itu sistem yang ada harus dirubah dan diperbaiki,” tegasnya.
Sementara terkait tuntutan massa aksi dan sorotan Mahasiswa Bima-Makassar hingga berita ini diturunkan pihak Pelni Cabang Bima sendiri masih belum dapat dikonfirmasi. (WR-Man)