Jakarta, Wartantb.com – Ketika Internet sebagai sebuah ruang demokrasi menjadi medium pertarungan antara pegiat toleransi dan kebebasan berekspresi versus pengabar hoax dan intoleransi yang menjadi tren global, Indonesia dengan jumlah pengguna Internet mencapai 132 juta orang pun mengalami guncangan sosial politik yang cukup signifikan. Tak ayal, perbedaan pendapat di Internet kini bak bambu runcing yang tajam menyayat jalinan kemajemukan di Indonesia.
Sejumlah komponen masyarakat umum, organisasi masyarakat sipil, merespon dinamika penggunaan Internet di Indonesia secara tegas. Literasi digital, dapat menjadi salah satu alternatif upaya membangun ketahanan informasi di era saat ini.
#Lenteramaya, sebuah film dokumenter yang merekam secara ringkas penggalan peristiwa penggunaan Internet di Indonesia saat ini, diproduksi dirilis untuk publik, Ditjen Aplikasi dan Informatika Kementerian Kominfo berkerjasama dengan ICT Watch telah mengadakan nonton bersama pada 2 Februari 2017, di Gedung Ruslan Abdulgani Kominfo sebelumnya film ini telah ditonton di Nusa Tenggara Barat, Mataram pada tanggal 12 Januari 2017.
#Lenteramaya menjadi alternative kolaborasi pemangku kepentingan majemuk (multistakeholder) dalam upaya membangun literasi digital Indonesia berbasiskan komunitas. Difasilitasi antara lain oleh Sekretariat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), film ini diproduksi bersama oleh ICT Watch (www.ictwatch.id) dan WatchdoC (www.watchdoc.co.id) serta didukung oleh Ford Foundation.
Menkominfo mengapresiasi produksi film tersebut. Menurut dia, pendidikan melek informasi kepada masyarakat sangat penting. Kesadaran masyarakat untuk mengakses konten-konten positif dan melakukan penapisan (filtering) sendiri terhadap konten negatif dinilai lebih efektif dibandingkan dengan pemblokiran yang dilakukan oleh pemerintah.
Ia mengatakan pemerintah sendiri hingga saat ini telah memblokir lebih dari 700 ribu situs. Namun situs berkonten negatif sendiri juga terus muncul. “Jumlah yang diblokir itu bukan menunjukan suatu keberhasilan,” katanya.
#Lenteramaya tidaklah berdiri sendiri sebagai sebuah karya dokumenter. Film ini diposisikan sebagai “bahan bakar” konten bagi sejumlah inisiasi nobar dan diskusi mandiri sepanjang tahun di simpul-simpul komunitas di berbagai penjuru Indonesia.
Ditjen Aptika Kemkominfo dan ICT Watch, setidaknya menargetkan sepanjang 2017 akan ada 50 simpul komunitas, termasuk dari kalangan pendidikan dan masyarakat umum, yang secara swadaya, inklusif dan partisipatif akan menyelenggarakan nobar dan diskusi mandiri guna secara nyata membangun literasi digital masyarakat Indonesia.
Turut hadir dalam acara ini Mendikbud Muhadjir Efendi dan Komunikasi (RTIK) Indonesia. Bagi komunitas yang berminat membuat nobar dan diskusi, dapat memesan kopi film tersebut melalui situs http://lenteramaya.ictwatch.id. Dan film ini telah lulus dari Lembaga Sensor Film (LSF), untuk kategori tontonan yang cocok bagi “remaja” (13 tahun ke atas). (ddh)