Masyarakat Sadar Wisata

1618
Penulis adalah Asisten Deputi di Kedeputian Kemaritiman Sekretariat Kabinet. Ilustrasi: netrepro.

Oleh: M. Arief Khumaedy *)

Sering kali kita dengar bahwa pariwisata perlu disiapkan dengan baik. Pariwisata perlu dikembangkan dengan pemikiran bahwa sektor pariwisata dapat digunakan sebagai “pelor” untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Presiden selalu mengingatkan bahwa amenitas, aksesibilitas dan atraksi perlu diperbaiki dan dipersiapkan. Amenitas berupa sarana pendukung pariwisata seperti hotel, home stay, kamar mandi yang bersih, kuliner atau tempat makan yang sehat dan memiliki ciri khas dan prasarana pendukung lainnya yang membuat nyaman wisatawan.

Untuk menuju ke destinasi wisata yang indah tersebut perlu akses yang memudahkan wisatawan untuk moving, datang dan menuju destinasi pariwiwata. Maka aksesibilitas perlu di perhatikan, antara lain jalan tol, jalan, kereta api, bandara, pelabuhan marina. Di lokasi-lokasi destinasi wisata disiapkan atraksi-traksi wisata, baik atraksi yang memang telah disediakan alam anugerah Tuhan, maupun atraksi buatan.

Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan, sehingga pada waktu promosi dilakukan dengan gencar, maka wisatawan yang datang tidak akan kecewa, sebaliknya akan menikmati wisata tersebut dengan nyaman. Apabila hal tersebut terjadi maka promosi yang dilakukan akan bergaung, semakin menggema dan memancing kedatangan wisatawan baru.

Kenyamanan tersebut tidak hanya membuat wisatawan yang pernah kunjung balik ke destinasi kembali tapi gemanya akan memanggil wisatawan baru. Pariwisata Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan dari luar negeri.

Potensi pariwisata Indonesia tersebut dapat digenjot dengan memperbanyak menggelar event-event pariwisata di destinasi-destinasi pawiwisata dengan lingkup tingkat nasional. Sesungguhnya destinasi wisata Indonesia sangat beragam dengan kultur yang beragam, merupakan potensi yang dapat dikembangkan.

Lokasi wisata menjadi sebuah potensi, meskipun potensi tersebut belum tergali secara maksimal. Wisatawan yang berdatangan tersebut dapat mendongkrak roda perekonomian di daerah lokasi wisata.

Sektor pariwisata Indonesia sesungguhnya sangat menjanjikan  mampu menimbulkan multiplier effect yang positif terutama di bidang perekonomian yang berkontribusi meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, diperlukan strategi agar pariwisata negara kita dapat lebih baik.

Upaya pemerintah telah ada dalam perencanaan pembangunan nasional.  Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pada pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) tahun 2018, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (26/4) menyatakan bahwa dalam RKP Tahun 2018 telah disepakati 10 Prioritas Nasional, yang meliputi: 1. Pendidikan; 2. Kesehatan; 3. Perumahan dan Permukiman; 4. Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata; 5. Ketahanan Energi; 6. Ketahanan Pangan; 7. Penanggulangan Kemiskinan; 8. Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman: 9. Pembangunan Wilayah; dan 10. Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.

Dalam Kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2018, disebutkan kebijakan belanja negara tahun 2018 secara umum diarahkan antara lain melalui pengembangan sektor unggulan (ketahanan energi, ketahanan pangan, kemaritiman, pariwisata dan industri). Terkait dimensi pembangunan sektor unggulan tersebut, pariwisata termasuk sektor unggulan di samping ketahanan energi, ketahanan pangan, kemaritiman, dan industri. Pengembangan pariwisata tersebut dilaksanakan untuk dukungan kemudahan akses dan infrastruktur pendukung konektivitas.

Upaya pemerintah juga perlu di dukung oleh masyarakat. Masyarakat sebagai pendukung pariwisata juga perlu dipersiapkan agar sadar terhadap potensi wisata ini. “Sadar Wisata”, istilah yang sering kita dengar dimaksud sebagai partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu wilayah dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam konteks pengertian tersebut, maka sadar wisata dijabarkan antara lain dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar siap untuk berperan sebagai tuan rumah (Host) yang baik dan memahami, mampu serta bersedia untuk mewujudkan unsur-unsur: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan, atau yang di kenal dengan SAPTA PESONA di lingkungannya masing-masing. Masyarakat sadar wisata adalah sikap mental atau moral yang membuat nyaman wisatawan, seperti ramah dan menghindari untuk tidak menerapkan “aji mumpung”.

Contoh konkretnya adalah menjadikan agar wisatawan yang berkunjung menjadi terkenang hal-hal yang menyenangkan, dan sebaliknya tidak menjadi “kapok” (kecewa yang sangat), karena sikap yang menerapkan aji mumpung tersebut, seperti wisatawan kecewa karena membeli oleh-oleh khas daerah dengan harga selangit diluar kewajaran atau karena akses terbatas maka wisatawan tersebut naik ojek dengan harga yang sangat tinggi, sehingga wisatawan merasa di “kemplang”. Cerita-cerita wisatawan “kapok” seperti ini tentunya perlu dihindari. Karena membuat turis enggan datang kembali.

*) Penulis adalah Asisten Deputi di Kedeputian Kemaritiman Sekretariat Kabinet