Mataram, Warta NTB — Kota Tua Ampenan merupakan salah satu Kota yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Di Indonesia sendiri terdapat 43 Kota yang termasuk dalam JKPI.
Pembangunan Kota Ampenan tidak terlepas dari ambisi penjajah Belanda untuk menciptakan sebuah kota pelabuhan di Pulau Lombok.
Kota Ampenan dibangun sejak tahun 1924 oleh Belanda untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Bali.
Ampenan bersal dari kata amben, dalam bahasa Sasak berarti tempat persinggahan. Nama ini sangat tepat, mengingat Ampenan merupakan kota pelabuhan tempat singgah berbagai suku bangsa kala itu.
Sampai sekarang, warga penghuni Kota Tua Ampenan terdiri dari beragam suku bangsa. Hal ini terwujud dari banyaknya perkampungan sekitar yang menggunakan nama tempat asal mereka.
Ada Kampung Tionghoa, Kampung Arab, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Jawa, Kampung Bali, dan Kampung Banjar.
Terdapat berbagai bangunan kuno peninggalan Belanda di Kota Tua Ampenan. Bangunan tersebut berfungsi sebagai gudang dan juga kantor kala itu.
Sampai sekarang berberapa bagunan difungsikan sebagai pertokoan dan perkantoran.
Ampenan pernah menjadi pelabuhan penyeberangan utama yang menghubungkan Pulau Lombok dengan Pulau Bali.
Namun, sejak tahun 1973 pelabuhan penyeberangan dipindahkan ke Lembar. gelombang laut yang terlalu besar menjadi salah satu pertimbangan pemindahan.
Sejak pemindahan pelabuhan penyeberangan ke Pelabuhan Lembar, kegiatan ekonomi masyarakat memang tidak seramai dulu. Namun masih tampak rutinitas masyarakat seperti jual beli ikan segar maupun ikan olahan.
Masayarakat suku Bugis paling banyak berprofesi sebagai nelayan. Warga Tionghoa dan Arab kebanyakan berdagang. Sedangkan suku lain beragam profesi.
Masyarakat suku Sasak sendiri lebih banyak membuka warung makanan di bekas pelabuhan Ampenan.
Kota Tua Ampenan menjadi salah satu distinasi wisata yang cukup menarik perhatian wisatawan. Di sana pengunjung dapat menyaksikan berbagai situs sejarah masa silam. Kehidupan multi etnik menjadi salah satu ciri khas Kota Tua Ampenan.
Di bekas pelabuhan Ampenan, anda bisa memanjakan lidah dengan berbagai kuliner khas Pulau Lombok.
Di sana terdapat Sate Bulayak, Plecing Kangkung Khas Lombok, Sate Tanjung, Ayam Taliwang dan berbagai jajanan khas tradisonal Lombok.
Untuk mengelilingi Kota Tua Ampenan, anda bisa menggunakan cidomo, yakni kereta kuda yang merupakan kendaraan tradisional masyarakat Pulau Lombok.
Mengelilingi Kota Tua Ampenan kaya dengan nilai sejarah. Berbagai bangunan dengan gaya art deco seolah bercerita tentang kejayaan Kota Tua Ampenan di masa lalu.
Kehidupan masyarakat penghuni Kota Tua Ampenan menggambarkan kerukunan hidup antar atnis yang berbeda.
Jika anda hendak ke Kota Tua Ampenan, waktu yang tepat adalah sore hari. Di bekas pelabuhan, anda dapat menyaksikan matahari tenggelam di ufuk barat.
Mega-mega merah yang menyelimuti bangunan di Kota Tua Ampenan seoalah membawa pikiran anda ke masa lalu.
Kota Tua Ampenan kini menjadi Kecamatan Ampenan yang merupakan salah satu kecamatan di Kota Mataram. Untuk menuju Kota Tua Ampenan sangat mudah.
Jarak Kota Tua Ampenan dari Terminal Mandalika lebih kurang 10 Km ke arah barat.
Tantangan yang dihadapi Kota Tua Mataram adalah laju pembangunan yang tak terhidarkan. Seiring dengan perkembangan jaman, perlahan-lahan fungsi dan bentuk bangunan juga berubah.
Para pemilik bangunan tentunya juga akan akan merubah bentuk dan fungsi bangnan untu kegiatan yang lebih produktif.
Mudah-mudahan dengan masuknya Kota Tua Ampenan sebagai salah satu kota pusaka di Indonesia menjadi momentum pelestarian Kota Tua Ampenan sebagai situs sejarah.
Dengan demikian, pemerintah memiliki program dan anggaran yang memadai terhadap implementasi upaya tersebut. [WR]
Sumber: Blog Muammar Kaddafi
Peta Lokasi Kota Tua Ampenan