Di Medan, TGB Serukan Persaudaraan dan Persatuan Bangsa

1666
Gubernur yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) itu juga mengajak seluruh pihak untuk senantiasa menjaga persatuan, menyolidkan kekompakan, menyambung terus silaturrahim dan merekatkan persaudaraan.

MEDAN, Warta NTB — Semangat persatuan dan kekompakan dalam persaudaraan sangat diperlukan, khususnya dalam membangun dan mempertahankan kesatuan serta persatuan Indonesia. Karena itu, seluruh anak bangsa perlu saling mengisi dan melengkapi satu sama lain serta senantiasa menjaga persaudaraan.

Demikian pesan Gubernur NTB, Dr. TGH.M. Zainul Majdi saat menghadiri acara Silaturrahim Semangat Persaudaraan di Wisma Tanjung Indah, Medan, Sumatera Utara, Jumat (23/2/2018).

Gubernur yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) itu juga mengajak seluruh pihak untuk senantiasa menjaga persatuan, menyolidkan kekompakan, menyambung terus silaturrahim dan merekatkan persaudaraan.

Pesan yang selalu ditekankan TGB setiap bersilaturrahim dengan para ulama, tokoh masyarakat, remaja masjid dan ormas serta ibu-ibu pengajian dalam silaturrahim di kawasan Sumatera Utara pekan ini.

“Bersatu dan bersaudara dalam semangat kekompakan, adalah kunci menjaga kesatuan kita sebagai sebuah bangsa,” tegas TGB.

TGB juga mengingatkan seluruh anak bangsa agar tidak gampang terpecah belah oleh isu-isu yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum penangguk keuntungan sesaat dari terpecahnya anak bangsa. Itu wujud amanat yang sebangun dengan apa yang termuat dalam Al Quran.

Ia mencontohkan perjuangan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam dan Nabi Musa Alaihusalam. Rasulullah yang begitu agung, merasa perlu menjalin kekompakan dengan lebih dari seratus ribu sahabat.

Begitu juga Nabi Musa, yang dalam doanya minta dibantu oleh saudaranya Nabi Harun Alaihisalam. Itu wujud suri tauladan dari semangat perjuangan dengan menjunjung tinggi persaudaraan dan kekompakan dari para panutan kita.

“Allah berfirman, jangan pecah, berkonflik atau berselisih. Dalam konteks Indonesia, kalau kita terpecah-belah, ada dua konsekuensinya. Pertama, tak akan mungkin mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa ini. Kedua, hilang kehormatan, kemuliaan dan kedaulatan kita sebagai bangsa,” tegas TGB. [WR/H]