MATARAM, Warta NTB — Sekda Prov NTB, Ir. H. Rosiady H. Sayuti, Ph.D membuka rapat koordinasi Generasi Sehat dan Cerdas Prov. NTB tahun anggaran 2018. Rapat koordinasi ini mengangkat tema “Peran program generasi sehat dan cerdas dalam konvergensi penanganan stunting di prov NTB,” di Hotel Lombok Raya Mataram, Jumat (2/3/2018).
Program generasi sehat dan cerdas ini sudah berlangsung semenjak tahun 2010 lalu. Program ini adalah suatu program yang bertujuan untuk akselerasi penanggulangan kemiskinan.
“Program Generasi sehat dan cerdas ini dilatarbelakangi oleh sebuah persoalan di Indonesia bahkan dunia yaitu dimana sekian ratus juta anak-anak generasi penerus bangsa terancam menjadi bodoh, jika tidak diatasi dengan baik maka kita akan kehilangan sekian ratus juta otak-otak cerdas dari para generasi muda penerus bangsa ini”, ucap sekda NTB dalam di awal sambutannya.
Salah satu faktor utamanya adalah faktor kemiskinanan karena dari sebelum lahir generasi muda ini sudah tidak mendapatkan hak-haknya seperti asupan gizi yang cukup.
“Kalau kita tidak punya trobosan maka selamanya IPM NTB tidak akan bisa menyalip daerah lain karena daerah lain juga sama-sama sedang membangun. Jadi harus ada sesuatu yang berbeda. Salah satunya adalah generasi emas atau generasi sehat dan cerdas ini”, ujar Rosiady.
Program Generasi sehat dan cerdas ini memiliki visi dan misi menghasilkan generasi-generasi emas yang berprestasi di berbagai bidang. Program ini mengintervensi keluarga-keluarga di seluruh lapisan masyarakat sampai ke plosok-polosok desa dari awal kehamilan hingga anak tersebut tamat TK.
Selain itu, intervensi juga dilakukan pada kurikulum pendidikan usia dini karena saat TK inilah saat yg sangat tepat untuk mulai mengintervensi otak manusia untuk menghasilkan anak yang sehat dan cerdas.
“Kita bantu orangtua dalam mewujudkan mimpinya menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang cerdas, sehat, dan berprestasi, “ujar Rosiady.
Rosiady berharap dari program yang dilaporkan sudah merangkul 10 desa pada tahun 2015-2016 dan di tahun 2017 sampai pada awal 2018 telah merangkul 100 desa ini, kedepannya sudah tidak ada lg seorang ibu pun yang tidak tersentuh oleh program ini.
“ketika kita ingin menghasilkan sesuatu yang baik maka kita harus memiliki desain dan program yang efektif sehingga menghasilkan proses serta output yang baik juga”, tutup Sekda. [WR/H]