Kedahsyatan letusan Gunung Tambora pada 11 April 1815 membuatnya bisa terdengar hingga beribu-ribu kilometer. Suara letusan itu bahkan mengagetkan Thomas Stamford Raffles, letnan gubernur Inggris di Jawa yang berada di Batavia saat itu.
Awalnya Raffles mengira gelegar letusan Tambora adalah tembakan meriam-meriam armada laut musuh. Dia pun memerintahkan kapal-kapal perangnya menghadang lawan. Ia juga menggerakkan pasukan dari Yogyakarta ke pos-pos pantai utara. Kapal milik perusahaan dagang Inggris India Timur di Makassar, seperti Benares, dikerahkan.
Seperti terungkap dalam memoarnya, Memoir of the Life and Public Service of Sir Thomas Stamford Raffles (1830), Raffles kemudian meminta pejabatnya di distrik seluruh Jawa mengirimkan laporan pandangan mata.
Dari distrik-distrik di Jawa Timur, Raffles menerima laporan ada suara dentuman jauh lebih keras dan terasa dekat serta berlangsung seharian. Di Jawa Timur, pada 12 April, langit pagi menjadi gelap dan turun hujan abu. Orang-orang Jawa Timur mengira abu itu dikirim oleh Gunung Kelud atau Bromo.
“Di Cirebon, erupsi terdengar lebih keras dan sering. Udara semakin gelap karena debu yang tebal. Di Solo dan Rembang warga merasakan bumi bergetar. Di Sumenep terasa guncangan hebat bagai getaran meriam besar. Di Banyuwangi, suara ledakan menggelegar dan mengguncang bumi. Pantai Bali tak lagi terlihat karena tertutup awan debu hitam yang semakin lama semakin mendekati pantai Jawa. Tengah hari gelap-gulita, sehingga harus menyalakan pelita. Situasi ini berlangsung terus hingga 12 April sore. Matahari tak kelihatan hingga 14 April dan cuaca sangat dingin,” tulis Raffles dalam memoarnya.
Tidak hanya di Jawa, suara dentuman misterius itu juga terdengar di Sumatera dan Sulawesi. Raffles menulis, “Di Fort Marlboro, Bengkulu, suara ledakan seperti meriam beberapa kali terdengar. Orang-orang dari desa melaporkan tanaman tertutup debu, seperti dari Muko-muko, Lais, Seluma, Manna, Padang Guci, Krui, dan Semanka. Mereka turun dari bukit dengan membawa senjata mengira ada musuh menyerang dari laut. Di Makassar, suara tembakan terdengar kembali, sangat keras seperti empat senapan ditembakkan bersamaan. Getarannya hebat hingga mengguncang kapal, termasuk rumah-rumah di Fort Rotterdam.”
Adalah Owen Phillips, perwira tinggi kapal Benares milik perusahaan dagang Inggris di Makassar, yang pertama memastikan Tambora meletus. Phillips berangkat dari Makassar pada 13 April dan lego jangkar di pelabuhan Bima pada 19 April. Ia mendapat laporan dari warga Bima bahwa Gunung Tambora yang berada sekitar 32 kilometer sebelah barat Bima itu meletus.
Sumber : Tempo.co