GIRI MENANG, Warta NTB – Bupati Lombok Barat (Lobar) menerima kunjungan Tim Kesehatan World Bank (Bank Dunia) di Kantor Bupati Lobar, Rabu (31/7/2019) pagi. Tim yang diwakili Melissa Chew dari Malaysia, dan Yurdhina Meilissa dari Indonesia tiba di Kantor Bupati sekitar pukul 11.00 Wita bersama Kepala Dinas Kesehatan Lobar H. Rachman Sahnan Putra dan jajaran.
Tim Kesehatan World Bank sengaja bertemu bupati untuk berbincang-bincang mengenai keberhasilan Pemkab Lobar menekan kasus stunting secara signifikan. Seperti diketahui, pada tahun 2017, pemerintah pusat telah menetapkan Kabupaten Lombok Barat bersama tiga daerah lain di Indonesia sebagai daerah percontohan penanganan kasus stunting.
Hingga tiga hari kedepan, tim akan mendokumentasikan praktik yang dilakukan Pemkab Lobar dalam rangka upaya penanggulangan stunting. Mulai dari jajaran tertinggi pemerintahan hingga masyarakat di desa. Hasilnya kemudian akan dibukukan untuk selanjutnya dibagikan kepada seluruh daerah di Indonesia sebagai acuan untuk menekan kasus stunting.
Tidak seperti buku terbitan Bank Dunia lainnya yang sebagian besar berbahasa Inggris, buku ini nantinya akan ditulis dengan bahasa Indonesia. Tujuannya untuk memudahkan para pembaca di seluruh daerah se-Indonesia sehingga terpacu untuk belajar dan mengimplementasikannya di daerahnya.
Bank Dunia juga akan meluncurkan buku ini secara online dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris agar dapat dinikmati secara global sehingga negara lain dengan kasus serupa dapat bertukar pengalaman sehingga program di Lombok Barat dapat diterapkan lebih baik lagi.
“Tujuan kami datang kesini adalah untuk belajar ke Lombok Barat, bagaimana Lombok Barat berhasil menurunkan stunting cukup jauh. Kalau kita lihat memang kalau angka di Indonesia memang kelihatannya stagnan, tapi kalau kita lihat Lombok Barat bisa menurunkan sampai sebegitu jauh. Berarti mungkin ada yang bisa dipelajari oleh daerah lain,” kata Yurdhina Melissa.
“Dan memang kita sudah mendengar Lombok Barat banyak sekali melakukan inovasi misalnya mulai dari sistem informasi kesehatannya, kemudian bagaimana bekerja bersama kader dan unsur masyarakat, dan itu hal – hal yang tidak hanya bisa direplikasi tapi juga mungkin bisa menginspirasi daerah lain untuk bagaimana mereka bisa mengadaptasi program itu sesuai dengan konteks daerah masing-masing,” lanjutnya menerangkan.
Dari hasil berbincang dengan bupati selama satu jam lebih, Yurdhina Melissa melihat Bupati Fauzan Khalid sebagai sosok pemimpin yang memiliki komitmen kuat menurunkan stunting di Gumi Patut Patuh Patju ini. Ia melihat semua program inovasi yang dijalankan tidak hanya dilakukan oleh dinas kesehatan saja, namun juga dilakukan dinas-dinas lain. Hal itu sesuai dengan tiga kata kunci yang terus ditekankan bupati dalam setiap kesempatan, yaitu intergrasi, sinergi, dan komplementaritas dalam seluruh program dibawah kepemimpinannya.
“Itu menunjukkan bahwa ada komitmen kepemimpinan yang kuat. Karena kalau misalnya pemimpin yang diatas tidak bisa memberikan arahan dan kemudian memberikan leadership bagaimana antar dinas bisa bekerjasama, itu tidak akan terjadi. Dan saya lihat juga beberapa keberanian yang kemudian dilakukan untuk bagaimana membuat program-program itu tidak hanya terlaksana ketika beliau menjadi bupati saja, tapi juga dipersiapkan untuk kemudian terus berlanjut setelah masa kepemimpinan beliau,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lobar H. Rachman Sahnan Putra sangat mengapresiasi kedatangan tim World Bank.
“Ini adalah sebenarnya event yang sangat bagus bagi Lombok Barat untuk terexpose keluar. Karena World Bank ini akan mendokumentasikan best practice atau praktik baik yang dilakukan di Lombok Barat ini dalam upaya-upaya mencegah dan menurunkan stunting. Ini artinya World Bank ini ingin melihat apasih yang dilakukan oleh Lombok Barat untuk bisa diketahui oleh banyak orang, untuk bisa diketahui oleh daerah-daerah lain di Indonesia menjadi sebuah buku yang nanti terdokumentasi dan nanti orang akan bisa membaca, itu intinya,” jelas Rachman.
Progress penurunan stunting di Lombok Barat diakui Rachman sangat signifikan. Angka kasus stunting di Lombok Barat tahun 2007 adalah 49 persen. Dengan dukungan bupati serta keterlibatan lintas sektor, angka kasus stunting dapat turun menjadi 32 persen di tahun 2016. Data terakhir menunjukkan, pada Februari 2019, penurunan angka kasus stunting di Lombok Barat dapat ditekan menjadi 25,04%.
Tahun ini, Dinas Kesehatan lebih memfokuskan program pada program intervensi sensitive, yakni penguatan-penguatan program yang bisa mendukung pemberdayaan masyarakat.
“Salah satunya adalah menjadikan Lombok Barat 100% Open Defecation Free (ODF)/Bebas Buang Air Besar Sembarangan dengan program Berpijak Sehat. Kemudian penguatan-penguatan penyediaan air bersih yang itu oleh teman-teman di Pamsimas dan di PU. Yang lain adalah kemarin Ketua Tim Penggerak PKK bersama jajarannya membuat komitmen target bahwa Lombok Barat ini harus bebas stunting di tahun 2024. Itu kan membutuhkan semangat, membutuhkan kebersamaan, membutuhkan sinergitas program dari semua OPD dan lintas sektor,” pungkasnya. (WR)