Mataram, Warta NTB – Korem 162/WB bersama Badan Metrologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Mataram dan tokoh agama menggelar sosialisasi tentang bencana gempa bumi yang terjadi di Pulau Lombok NTB.
Acara sosialisasi yang digelar di lapangan barat Islamic Center (IC) Hubbul Wathon Mataram, Rabu (29/8/2019) dihadiri Danrem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani S.Sos SH M.Han, Analis gempa bumi BMKG Stasiun Geofisika Mataram Ihsan Bagus Fahat Arafat S.Tr dan sejumlah tokoh agama bersama ratusan masyarakat duduk bersila diatas terpal.
Pada kesempatan tersebut, Rizal saat diwawancara awak media menyampaikan kegiatan sosialisasi ini bertujuan memberikan edukasi, wawasan dan meningkatkan keimanan agar tetap yakin kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan juga dengan doa dan ilmu kita akan selamat.
“Kami berkolaborasi dengan Camat, ustadz dan BMKG untuk mensosialisasikan tentang cara penyelamatan pada saat ada gempa bumi karena masih ada gempa susulan sehingga tidak trauma dan kaget atau panik saat gempa terjadi,” jelas Danrem.
Selain itu, orang nomor satu di jajaran Korem 162/WB ini juga sudah mengarahkan Babinsa bekerjasama dengan Babinkamtibmas untuk melakukan evakuasi ke daerah ataupun titik-titik yang terbuka bila ada hal yang bersifat kontijensi.
Terkait dengan viralnya telapak tangan di rumah-rumah, Rizal menjelaskan hal tersebut masih dilakukan penelitian dari Polda NTB. “Ada rekayasa masyarakat dari kelompok-kelompok yang sengaja membuat resah dengan harapan masyarakat meninggalkan rumah masing-masing sehingga mereka masuk kerumah-rumah tersebut,” katanya.
Rizal juga menegaskan, saat ini TNI bersama Polda tiap malam melaksanakan patroli untuk pengamanan rumah-rumah masyarakat yang ditinggal tidur di tenda sesuai dengan sektor dan wilayah masing-masing yang dilakukan oleh Koramil bersama Polsek.
Sementara dari pihak BMKG Mataram Ihsan Bagus Fahat Arafat S.Tr menjelaskan, gempa bumi setiap hari terjadi di seluruh dunia, namun gempa di jawa berbeda dengan gempa di Kabupaten Lombok Utara karena sumber gempa yang berbeda.
“Yang terjadi di selatan terakhir di Kupang akibat dari subduction lempeng Australia yang berusaha masuk ke lempeng Uero Asia,” kata Bagus.
Selain itu, Bagus juga menjelaskan, gempa bumi tidak berpindah-pindah karena memang gempa terjadi dari sumber yang jelas yakni akibat pertemuan dua lempeng besar.
Menurut Bagus, pihaknya masih terus memonitor gempa susulan karena sejak tanggal 29 Juli lalu hingga sekarang sebanyak 1.943 gempa susulan terjadi dengan frekuensi dan kekuatan yang semakin kecil dan berharap dalam waktu tidak terlalu lama kembali menjadi normal.
Bagus mengimbau warga agar tetap tenang dan waspada karena gempa susulan masih tetap ada, meskipun ukurannya kecil, Dia meminta masyarakat agar menerima informasi harus tetap mengacu pada informasi resmi yang dikeluarkan BMKG baik melalui situs bmkg.co.id, aplikasi android info BMKG, instagram, twitter maupun Facebook. (WR)