Penulis: Ibrahim
CINTA dan kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter siswa. Seorang guru yang memiliki rasa kasih sayang yang besar akan sangat mencintai profesinya. Demikian juga siswa yang dididik dengan rasa kasih sayang akan merasa betah dan lebih cepat mengerti dan memahami pelajaran yang disampaikan kepadanya.
Seorang guru yang selalu mendidik siswa-siswanya dengan rasa cinta dan kasih sayang akan membuat suasana belajar di sekolah menjadi sangat menyenangkan bagi siswa, menerima kesalahan siswa sebagai kesalahan seorang anak, walau tetap menegakkan disiplin sekolah. Siswa tidak pernah bosan untuk menyerap setiap pelajaran yang diberikan. Karena tidak ada cara yang lebih baik untuk menawan hati siswa dan memenangkan kepercayaannya selain dari mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang oleh gurunya.
Dengan cinta dan kasih sayang suasana ruang kelas akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi seluruh siswa. Sekolah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Sekolah yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat berkumpulnya kejujuran dan segala sifat kebaikan.
Memang tidak mudah untuk mencintai semua siswa dengan karakter yang berbeda-beda, diperlukan kesabaran dan kelapangan hati seorang guru dalam menerima semua tingkah laku siswa-siswa di kelas, selalu menghadapi dan menemui siswa dengan gembira, karena guru juga manusia, punya masalah dan kesusahan hidup yang berbeda.
Guru yang bijaksana tidak harus memperlihatkan kesusahan hidup yang dihadapinya pada peserta didiknya, karena dengan memperlihatkan kesusahan hidup kepada siswa tidak akan mengurangi beban kesusahan itu sendiri, tapi malah membawa akibat yang buruk kemudian hari pada siswa.
Guru yang bijaksana tidak boleh salah dalam menerapkan rasa cinta dan kasih sayang di sekolahnya. Tatapan mata penuh cinta kasih dan perbuatan serta obrolan di sekolah memang perlu dilakukan, tidak boleh lupa bahwa cinta dan kasih sayang tersebut membutuhkan penegasan dan kepastian yang tegas.
Rasa cinta dan kasih sayang itu harus diucapkan dengan kata-kata yang mendidik, sehingga siswa mengerti dan memahami bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat sekolahnya. Siswa akan memahami dan menyadari bahwa dia juga mempunyai hak dan kewajiban serta tanggung-jawab di sekolah, sama seperti siswa-siswa lainnya. Siswa harus diberi penegasan bahwa dirinya adalah bagian penting dari masyarakat di sekolah.
Lingkungan sekolah merupakan tempat yang penting untuk meramu proses pendidikan dan guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan dan pengajaran. Tanpa disadari, apa akibat yang terjadi pada perkembangan psikologis serta emosional siswa jika siswa terus menerus mendapat perlakuan negatif? Jika siswa mendapat perlakuan negatif, cercaan, hujatan maka hasil pendidikan tidak akan bergeser jauh dari perlakuan dan cercaan tersebut.
Guru yang baik ialah yang menganggap semua muridnya sebagai anak-anaknya sendiri, yang setiap hari akan mendapat curahan kasih sayangnya. Guru yang baik ialah yang memberikan masa depan cemerlang dengan membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan. Guru yang demikian adalah guru yang berjasa meskipun tanpa diberi tanda jasa. Guru yang demikian substansinya adalah pahlawan.
Perkataan kasar dan pemberian hukuman adalah hal yang tidak diingini semua anak (bahkan orang dewasa), walaupun menurut guru semua itu demi kebaikan siswa semata. Yang dirasakan siswa adalah bahwa kemarahan itu menjadi bukti ketidaksenangan guru kepadanya. Maka, satu kunci yang paling ampuh dalam mendidik siswa adalah dengan berlaku lemah lembut, penuh cinta kasih walaupun dalam keadaan marah sekalipun.
Dengan marah atau membentak, memang dapat segera menyelesaikan sesuatu masalah, namun pragmatis sifatnya. Dengan marah, siswa menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya, tapi kemarahan dapat menyisakan rasa antipati pada diri siswa, apalagi hujatan dan kecaman. Hujatan dan kecaman tidak akan membawa perubahan berarti pada diri siswa, namun antipati dan ketidakpercayaan. Untuk itu, alangkah indahnya jika guru dapat bersikap empati terhadap anak.
Suatu hal yang kurang adil dalam mendidik siswa adalah ketika siswa dalam kondisi benar, anak jarang diberi pujian (afirmasi), namun ketika siswa dalam kondisi salah, siswa habis-habisan dicerca dan dimarahi, seolah-olah anak tak pernah berbuat benar.
Seorang guru haruslah selalu ingat bahwa siswanya adalah manusia yang akan tumbuh besar menggantikan generasi sebelumnya. Berarti tanggung jawab perbaikan generasi berada di tangan seorang guru.
Jika sebelumnya seorang guru dididik oleh seorang guru yang menetapkan hukuman cambuk tangan pada siswanya jika salah, maka guru hasil didikan sistem tersebut tidak harus menerapkan hal yang sama pada siswanya di masa sekarang. Zaman dan tuntutan sudah berbeda, sudah selayaknya seorang guru terus belajar dan memperbaiki diri demi sistem mendidik di sekolahnya yang lebih baik.
“Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri. Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan. Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan. Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya. Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikirannya.”
Demikian bijaknya ungkapan-ungkapan di atas, tugas guru berikutnya adalah mengarahkan diri untuk terus memperbaiki diri sehingga kita benar-benar mencintai profesi sebagai guru, benar-benar menjadi pembina siswa-siswa sebagai generasi penerus bangsa, guna mempersiapkan generasi yang dapat mengarungi masanya. Insan yang mencintai guru dan bangsanya, insan yang dibangun dari seorang guru yang mencintai dunia pendidikan dan mencintai “Merah Putih” sampai akhir hayatnya. Semoga.
Selamat Hari Guru Nasional 2016!
Penulis adalah seorang Guru Fisika SMPN 4 Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.