Polisi Bongkar Makam, Lakukan Otopsi Jenazah Korban Pembunuhan

1649

MATARAM, Warta NTB – Guna memastikan bukti yang diyakini penyidik. Satreskrim Polresta Mataram dan Tim Forensik melakukan otopsi terhadap jenazah korban pembunuhan Hayatul Ulum (44) warga Lingkungan Pande Besi Kelurahan Karang Pule yang meninggal dunia 29 November tahun lalu.

Proses otopsi dilaksanakan hari Sabtu (6/3/2021) di Pekuburan Muslim Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela Kota Mataram. Otopsi dipimpin Dokter forensik RSUD Kota Mataram, dr Arfi Samsun sekitar pukul 09.00 Wita, kuburan Hayatul Ulum dibongkar dan jenazahnya langsung diotopsi petugas.

Kasat Reskrim Polresta Mataram, Kompol Kadek Adi Budi Astawa, S.IK mengatakan, autopsi dilakukan untuk menambah alat bukti yang meyakinkan penyidik tentang penyebab kematian Hayatul Ulum.

‘’Autopsi salah satu upaya untuk menambah alat bukti yang meyakinkan penyidik terkait sangkaan kepada tersangka atau pelaku,’’ ungkapnya Kadek.

Melalui mekanisme otopsi. Ahli forensik bisa menjelaskan tentang penyebab kematian korban.

‘’Lukanya ada dimana dan kualitas luka yang menyebabkan kematiannya itu seperti apa. Karena setiap celah yang tersangka menyangkal harus kita buktikan. Karena ini otopsi bukan keahlian kita. Kami mengundang ahli forensik untuk autopsi di sini,’’ bebernya.

Walaupun tersangka yang berjumlah dua orang masih menyangkal sebagai pelaku pembunuhan. Kadek memastikan tidak terlalu fokus pada pengakuan tersangka. Penyidik fokus pada alat bukti dan keterangan saksi yang menguatkan korban meninggal karena dibunuh.

‘’Kita sudah ada keterangan ahli, surat dan petunjuk sebagai alat buktinya. Bisa kita bilang keterangan tersangka tidak dihitung. Kita sudah dapat keterangan saksi maupun petunjuk yang kuat. Surat keterangan yang kuat juga ada. Makanya ini ada dokter forensik sebagai ahli menjelaskan penyebab kematiannya,’’ katanya.

Di kasus ini, polisi menangkap dan mengamankan dua orang yang diduga sebagai pelaku. Yakni IL (35) warga Lingkungan Mapak Indah, Kelurahan Jempong Baru Kecamatan Sekarbela dan BR (34) warga Lingkungan Pande Besi, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.

Keduanya berbagi peran. IL sebagai eksekutor. Sedangkan BR mengantar atau membonceng IL saat menusuk korban dengan sebilah pisau. Kasus ini diungkap petugas menggunakan investigasi ilmiah (Scientific Crime Investigation) atau SCI, yakni dengan melakukan tes DNA terhadap sebilah pisau yang digunakan pelaku. Pisau ditemukan di rumah IL. Untuk memastikan keterlibatan kedua pelaku. Pisau yang ditemukan di rumah IL dilakukan uji forensik dan Tes DNA di Puslabfor Bareskrim Mabes Polri.

Kepolisian ingin memastikan bercak darah di baju korban. Identik dengan bercak darah dipisau milik IL. Hasilnya pun identik dan cocok.

“Puslabfor menjelaskan, posisi darah ditemukan di bawah gagang pisau. Itu darah manusia. Darah bisa menempel begitu kan berarti ditusuk dalam sehingga bisa masuk darahnya,’’ terang Kadek.

Meski sudah mengantongi sejumlah alat bukti. Pelaku masih menyangkal perbuatannya.

‘’Sangkalan itu sudah kita siapkan semua jawabannya. Kalau tidak komplit begini. Tidak mungkin kita berani menetapkan pelaku pembunuhan seperti ini,’’ tegasnya.

Proses autopsi berlangsung dua jam lebih. dr Arfi Samsun, dokter forensik yang memimpin autopsi mengatakan, autopsi tuntas dan berhasil dilaksanakan. Dia mengatakan, tidak ada organ dan bagian tubuh jenazah dibawa untuk diperiksa lebih lanjut. Karena tidak ada organ tubuh yang dibawa. Jenazah Hayatul Ulum langsung dikebumikan lagi ditempat semula.

“Tinggal saya buatkan hasil otopsinya. Tapi etikanya, hasil otopsi harus saya sampaikan ke penyidik. Tapi hasilnya sesuai dengan apa yang kami prediksi di awal. Tugas saya sudah selesai,’’ ujarnya. (WR-02)