Giri Menang, Wartantb.com – Kabupaten Lombok Barat menjadi kota ke 20 gelaran Gowes Pesona Nusantara (GPN) 2017. Sabtu (8/7/2017), perhelatan olahraga akbar yang diinisiasi Kemenpora RI ini dilaksanakan di halaman kantor bupati dan diikuti sekitar 2.000an peserta.
Ada yang menarik dari hajatan Kemenpora kali ini. Selain olahraga, GPN juga dipadukan dengan kegiatan kebudayaan. Hal itu juga yang mendasari terpilihnya Lombok Barat menjadi salah satu etape pelaksanaan GPN.
Budayawan asal Yogyakarta, Ibrahim Yulianto selaku perancang acara menuturkan, terpilihnya Lombok Barat sebagai lokasi kegiatan, karena budaya di daerah ini dinilai masih kuat. “Budaya ini menjadi roh kegiatan yang dipadukan dalam even GPN,” katanya.
Bentuk kegiatan kebudayaan yang dilaksanakan yaitu berupa pengambilan “tanah dan air”. Tanah-air ini nantinya akan disatukan dengan tanah-air dari 90 kota yang juga menggelar ajang GPN. Nantinya akan dibangunkan monumen di Gunung Tidar, Magelang, pada 9 September mendatang.
Untuk Lombok Barat, tanah yang diambil terbilang sakral/keramat karena di tanah ini dulunya berdiri kerajaan. Tanah tersebut diambil di desa tua Kuripan yang merupakan makam Kerajaan Kuripan Lombok Barat. Kemudian untuk airnya, diambil di sumber air desa Kuripan yang merupakan sumur air desa kuripan. Tanah dan air tersebut kemudian ditempatkan di kendi tradisional.
Pengambilan tanah dan air ini dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan GPN oleh perwakilan Kemenpora didampingi budayawan, tokoh agama, tokoh adat, juru kunci makam dan para pemuda yang tergabung dalam paskibraka Lombok Barat 2017.
Posesi kemudian dilanjutkan dengan penyerahan tanah dan air yang dilaksanakan sesaat sebelum melepas peserta GPN. Tanah dan Air yang ditempatkan di kendi tradisional tersebut dibawa oleh Anak Adat, kemudian diambil oleh Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid dan langsung diserahkan ke perwakilan Kemenpora, Arifin Madjid. Suasana saat prosesi penyerahan menjadi sakral dan penuh khidmat dengan diringi musik khas Sasak.
Menurut Ibrahim, pengambilan “Tanah” dan “Air” dijadikan prosesi kebudayaan dalam gelaran GPN karena Indonesia adalah tanah air yang bisa membangkitkan rasa kebangsaan. Di semua etape, semua tanah kebangsaan itu diambil dari situs tertua, atau tanah yang memiliki historis besarseperti pernah terjadi perang kemerdekaan atau tanah-tanah lokasi monumen kebangsaan lainnya. “Bisa juga tanah diambil dari makam pahlawan,” tambahnya.
Tujuan dari pengambilan tanah kebangsaan ini, panitia ingin berbicara mengenai Pesona Nusantara. Pesona ini bukan hanya laut, gunung atau sawah, tetapi juga manusianya. Pesona itu juga adat istiadatnya. “Tapi pesona yang lebih penting lagi adalah monumen kebangsaan,” kata budayawan asal Kota Gudeg ini. (WR/Hum)