Penulis: Khairul Annas
Terdegradasi oleh manipulasi informasi merupakan masalah yang sangat urgen dan krusial bagi keberlangsungan kontestasi politik saat ini. Hal ini tidak terlepas dari gejolak dinamika politik yang berkembang akhir-akhir ini. Tahun ini adalah tahun politik, dimana hampir seluruh elemen masyarakat dan pemerintah mulai bersorak-sorai dan berbincang tentang kontestasi politik.
Propaganda berbasis dukung-mendukung lewat media sangat akseleratif berkembang saat ini. Gejala-gejala seperti ini pun memicu goyahnya indepedensi (netralitas) media dalam menyikapi dan menghadapi gemparnya informasiĀ serta isu-isu politik. Akibatnya banyak informasi yang tidak proporsional dan kompatibel berdasarkan data di lapangan (empiris).
Manipulasi Informasi sekarang dijadikan komoditas untuk meraup untung. Anomali seperti ini sudah banyak berdampak terhadap lahirnya agresi-agresi yang mengakari munculnya gap personal (individu), kelompok (golongan), atau bahkan untuk spektrum yang lebih luas. Itu tidak terlepas dari relasi media dan politisi sekarang yang mulai menyita objektivitas dari media-media.
Bagi masyarakat yang sadar akan skeptis, selektif, serta dapat menilai. Sedangkan bagi yang tidak sadar akan tergiring dalam perspektif (sudut pandang) yang salah dan akan mengadopsi informasi ataupun perspektif dari media tersebut.
Banyaknya pro-kontra antar media terhadap kebijakan dan ruang gerak pemerintah dan politisi merupakan refleksi nyata yang eviden. Ini merupakan suatu kegandrungan luar biasa yang perlu di proteksi dan berantas. Khawatirnya ini akan memberi dampak terhadap keterpurukan akan kejelasan suatu informasi yang semakin lama akan membentuk peradaban bisu, dimana menurunnya tingkat kepercayaan (bonafid) terhadap informasi. Generasi negeri ini akan sulit bersua, dan berevolusi menjadi generasi-generasi yang mayoritas diam (silent majority).
Hal ini sangat relevan dengan realitas yang terjadi akhir-akhir ini, dimana kita sangat jarang melihat pemberitaan seputar gerakan protes atau aksi demostrasi. Penyimpangan dan tebang pilih informasi yang disajikan adalah jurus mujarab menangkalnya. Media mulai pandai membingkai (framing) informasi.
Inilah problema yang harus kita hadapi dan tuntaskan bersama, bagaimana upaya kita menciptakan independensi media, sehingga informasi yang disajikan sangat proporsional akurat, dan dapat dipercaya.
Penulis adalah Mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima angkatan 2015, Jurusan PTI (Pendidikan Teknologi Informasi).