Terkait Aksi Protes Sopir Truk, Ini Penjelasan Perwakilan PT. AJR

1299
Penyampaian tanggapan perwakilan PT. AJR terkait aksi protes Serikat Pekerja Transportasi (SPT) Kabupaten Bima.

BIMA, Warta NTB – Terkait aksi protes yang dilakukan oleh puluhan sopir truk yang tergabung dalam organisasi Serikat Pekerja Transportasi (SPT) Kabupaten Bima pada hari Minggu, (5/4/2020) kemarin ditanggapi oleh perwakilan PT. Arya Jaya Raya (AJR).

Melalui perwakilannya Muhammad Taufan pihak PT. AJR membantah jika dalam kegiatan pengangkutan material untuk kebutuhan pembangunan dan perluasan Bandara Sultan Muhammad Salahuddin (SMS) Bima tidak melibatkan sopir lokal atau pengusaha transportasi lokal.

“Itu tidak benar karena setiap pengangkutan material untuk kebutuhan pembangunan dan perluasan bandara kami tetap melibatkan para sopir lokal,” ungkapnya.

Buktinya lanjut dia, beberapa kegiatan pengangkutan material Pasir dan Batu (Sirtu) di beberapa lokasi sebelumnnya pihak PT sebagai pelaksana proyek tetap melibatkan sopir dan jasa transportasi lokal.

“Contohnya pengangkutan sirtu di Desa Nata dan Desa Risa beberapa waktu yang lalu. Bahkan untuk jumlah angkutnya kita bagi dua “fifti-fifti” artinya setengah mobil perusahaan dan setengah untuk sopir lokal,” katanya saat menyampaikan tanggapan di Kantor Direksi PT. AJR yang berada di sekitar Bandara SMS Bima, Senin (6/4/2020).

Baca berita terkait: Protes, Puluhan Sopir Truk Hadang Mobil Tronton Pengangkut Sirtu Milik PT. AJR

Pria yang akrab disapa Topan ini mengakui bahwa saat pengangkutan material Sirtu yang ada di Desa Simpasai, Kecamatan Monta ada miskomunikasi antara perwakilan SPT Kabupaten Bima dengan pihak pelaksana proyek. Ia pun menegaskan bahwa masalah itu telah selesai.

“Masalah itu telah clear dan kami sudah menemui perwakilan SPT di lapangan saat aksi protes kemarin dan kemarin selain mobil tronton sudah ada tujuh unit dump truk lokal yang beroperasi mengangkut material sirtu dari Simpasai ke Bandara SMS Bima,” terangnya.

Topan menegaskan, pihaknnya tetap komit memperhatikan kearifan lokal dan pemberdayaan masyarakat sekitar untuk dilibatkan sebagai pekerja dan tenaga teknis lain dalam kegiatan pembangunan Bandara SMS Bima.

“Untuk pembagian pengangkutan material dengan sopir lokal kami tetap komit fifti-fifti itu tergantung pembagian oleh teman-teman SPT mobil mana saja yang masuk dan keluar. Itu mereka yang atur sendiri dan setengahnya mobil perusahan karena tidak mungkin mobil perusahan kita nganggurin. Ini juga yang harus dipahami oleh teman-teman SPT,” pintanya.

Sementara terkait penggunaan mobil tronton yang juga diprotes oleh SPT, Topan mengaku pihak pelaksana akan melakukan evaluasi dan akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubunganan.

“Terkait penggunaan angkutan tronton kita akan evaluasi kalau Dishub menyebutkan mobil tronton tidak boleh melalui jalan tersebut kita akan tarik semua dan pengangkutan material kita gunakan dump truk kecil dengan melibatkan mobil perusahan dan SPT karena tidak mungkin kita melanggar aturan,”  tandasnya. (WR)